Rabu, 01 Agustus 2012

Jangan Gusur Sekolah Kami


Aktivitas belajar mengajar di sekolah darurat Kartini yang berlokasi di Kampung Bandan, Pergudangan, Jakarta Utara.
Bangunan disamping rel kereta api itu terlihat riuh. Seratus lebih anak beragam usia duduk menghadap papan tulis. Sementara sebagian yang lain, sibuk mengerjakan tugas sambil sesekali bercanda dengan temannya. Anak-anak tersebut merupakan siswa Sekolah Darurat Kartini, sebuah sekolah yang didedikasikan untuk anak-anak jalanan, anak-anak miskin dan anak-anak yang tak memiliki dokumen kependudukan.
Ketika dikunjungi Selasa siang pekan lalu, mereka tengah belajar di gudang yang disulap menjadi ruang kelas. Tak tampak alat peraga, perpustakaan apalagi layar LCD di sekolah ini. Hanya ada meja, kursi dan papan tulis kayu yang mengisi bangunan seluas lapangan tenis tersebut. Semua siswa mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini, Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Tingkat Pertama berjejal di ruang yang sama. Mereka hanya dipisahkan selembar papan kayu, yang sekaligus menjadi penanda ruang kelas.
Namun anak-anak tersebut tinggal menghitung hari untuk meninggalkan bangunan yang semuanya dicat pink itu. Sebab pemilik bangunan, PT Kereta Api Indonesia, berencana menggusur mereka September mendatang. Surat pemberitahuan sudah dilayangkan. Sebagai peminjam, pengelola sekolah tak bisa berbuat banyak. Sri Rosiati, 63 tahun, salah seorang pendiri sekolah mengatakan, akan memindahkan sekolah kembali ke kolong tol. “Sekolah itu dimana saja, yang penting ikut ujian,” ujar alumni Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Semarang ini.
Sekolah Darurat Kartini tak gusar dengan penggusuran itu, karena memang ini bukan yang pertama kalinya mereka alami. Sejak berdiri pada 1990, sekolah yang dibidani Rosi bersama saudara kembarnya, Sri Irianingsih, sudah lima kali digusur. “Penggusuran sekarang yang keenam kalinya,” ujar Rosi yang mengaku tak putus asa. Dia menegaskan, akan tetap mempertahankan sekolah tersebut agar anak-anak yang tak beruntung berhak mendapatkan pendidikan. “Rata-rata siswa disini anak pemulung, tukang air, anak terlantar, anak jalanan, rumahnya gubuk, bahkan ada yang tinggal diemperan,” papar dosen psikologi ini.
Rosi dan saudaranya juga sudah komitmen untuk tidak meminta bantuan pemerintah. Sebab, kata dia, selama ini pemerintah hanya memberi janji dan tak pernah merealisasikannya “Kalau kita ketemu pejabat dikasih kartu nama dan disuruh nelpon. Begitu di telepon tidak diangkat, sms ngga dibalas, malah telepon genggamnya dimatiin. Lalu untuk apa? Jadi kalau dikasih kartu nama pejabat pemerintah, biasanya saya buang,” tutur Rosi.
Kendati pengelola sekolah menanggapi rencana penggusuran itu dengan santai, namun tidak demikian halnya dengan siswa. “Tolong jangan gusur sekolah kami,” ujar seorang siswa, Agam Syafrumaini, dengan wajah memelas. 
Bocah 13 tahun itu mengatakan, Sekolah Darurat Kartini merupakan tumpuannya untuk mencapai cita-cita sebagai anggota TNI. Ia juga mengaku mencintai sekolahnya karena tidak hanya gratis, tapi juga diberi fasilitas belajar berupa buku, seragam hingga makan. Agam, yang bapaknya hanya kuli bangunan, bergabung dengan Sekolah Darurat Kartini sejak balita dan sekarang sudah duduk di kelas 2 SMP.
Ketika dikonfirmasi, PT KAI membenarkan jika bangunan yang ditempati Sekolah Darurat Kartini akan digusur. Pegawai di bidang Hubungan Masyarakat PT KAI, Mateta Zulhaq, mengatakan hal itu dilakukan karena bangunan tersebut menyalahi aturan peruntukannya. Adapun DPR meminta pemerintah daerah turun tangan untuk menyelesaikan kasus tersebut. Anggota Komisi X Rohmani mengatakan, pemerintah daerah harus membantu. Alasannya, di era otonomi, daerah yang harus turun tangan. Apalagi menurut Rohmani, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah DKI Jakarta besar.
Dinas Pendidikan DKI Jakarta yang harusnya bertanggung jawab dalam hal ini, mengaku sulit membantu Sekolah Darurat Kartini karena kelembagaanya belum jelas. Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Taufik Yudi, mengatakan Sekolah Darurat Kartini sifatnya informal sehingga tidak jelas kelembagaannya. Meski demikian, lanjutnya, dinas pendidikan sudah berusaha mengakomodasi dengan membolehkan mereka mengikuti ujian dan mendapatkan ijazah. Dia menyarankan, agar kelembagaan Sekolah Darurat Kartini diperjelas untuk mendapatkan bantuan.
Mustakim | Agus Hariyanto



Sumber : http://www.prioritasnews.com/2012/07/30/jangan-gusur-sekolah-kami/

0 komentar:

Posting Komentar